Sebuah Tarekat Dengan Nama Perlawanan
Dor!
Suara tembakan menggema di cakrawala
peluru menembus lapisan cakrawala
dan entah kemana…….
Dor!
Gerombolan orang-orang tarekat tetap diam
di tengah bising senjata dan kendaraan perang
di tengah gemerlap kehidupan duniawi
dan tentunya di tengah ragam keinginan selain dari-Nya
Dor!
Setelah diam, dan membersihkan cermin
perlahan berdiri dan senantiasa menyebut nama-Nya
menenteng bambu runcing
dan melangkahkan kaki ke medan laga
Dor!
Terus bergerak bersama petani
Sang pahlawan negeri
Sang penolong negeri
yang paling mencintai tanah dan air
Karena saban hari……..
larut dalam samudera dzikir…..,
bersama tanah dan air.
Dor!
Yang juga…, terus berjuang
bersama buruh
yang saban hari keringatnya diperas
yang saban hari beribadah
tanpa menampakkan simbol-simbol agama.
Dor!
terus melaju….
dengan senantiasa menggenggam cermin
untuk selalu ingat kepada-Nya
di tengah deru mesin kendaraan perang
di tengah gerakan bersama arit dan cangkul
di tengah deru mesin-mesin pabrik
yang tak mengenal rembulan, matahari, dan bintang.
Dor!
Aduh………., sayang…….,
jika tarekat yang dekat dengan perlawanan
melawan diri dari selubung hawa nafsu
yang hewani….
Dijadikan jubah saja
disulap jadi kendaraan duniawi
yang diam saja melihat tragedi non manusiawi
yang diam saja, melihat penindasan dimana-mana
Lantas, apa guna tarekat ini….?
Bogor Selatan, 1 September 2024
Lukisan Menjelang Senja di Kaki Gunung Salak
Setan…………..,
menjelang semburat jingga di awan
setan menjelma petugas syahbandar
menawarkan jasa
untuk menikmati senja di dekat pelabuhan
Setan…………..
menjelang senja di pegunungan
menawarkan jasa
pemandangan alam yang menggiurkan
kopi mahal bintang lima
menjadi media melewatkan
gemuruh suara azan
di cakrawala………….
Setan………….
menjelang senja di area perkotaan
menawarkan jasa penginapan
bermalam bersama perempuan
perempuan pejuang kehidupan……
Hingga membuat gema azan
larut dalam khayalan……….
Setan………………
selain memberikan
tipu daya yang melenakan
ia juga memberi pelajaran
dalam setiap keindahan
terkandung tipu daya
yang melenakan
Setan………..
menjelang senja di pedesaan
emak-emak melawan setan
memasukkan anak-anak mereka
ke dalam rumah
yang hangat dalam pelukan
Malaikat berpesan……………..
untuk tidak keluar rumah
ketika senja tiba
kecuali untuk mengingat dia
Dia dzat Yang Maha Kuasa
Dia dzat Raja Diraja
Selain itu…………,
jika senja tiba……..
tutuplah makanan dan minuman yang terbuka
Sial………….
menjelang senja kali ini
tidak khidmat
Berisik dengan suara palu,
yang menghantam paku di atas kayu,
Kaki Gunung Salak, 2023
“Ing Lam-aw ni Manaog’” atau “Avatar’s Pond”, 2019 karya Boy Domínguez yang menuturkan kisah perlawanan harian perempuan di pedesaan dalam menghadapi ekspansi kapitalisme cum intervensi negara. Diambil dari https://www.peasantjournal.org/news/sustaining-agrarian-struggles-through-painting-invasion-and-resistance-the-work-of-boy-dom%C3%ADnguez/
Dari Tanah Ke Semen
Tanah itu….
tersulap menjadi hamparan semen
dikelilingi gemerlap lampu
dihiasi roda-roda raksasa
yang berklakson dan gagah perkasa
yang hidup tak kenal waktu dan usia
Sebelum itu…..
ada petinggi yang telah tertipu
membubuhkan tanda tangan
di atas kertas putih yang harum
tanpa berpikir dan tukar pikiran
terlebih dahulu
Hal itu……
membuat berinteraksi dengan kitab
dihiasi suara-suara alat berat
ketika sang mentari tiba…
sinarnya ditutupi oleh semen
saat rembulan menyapa
tak pernah peduli dengan ciptaan
Yang Maha Kuasa
Akankah…, tanah ini…., menjadi….
planet semen?
Bogor Selatan, 1 September 2024
Suara Perempuan Suara Tuhan (?)
Kepada manusia-manusia yang telah melahirkan
Inginku mengucap salam kepada engkau
Yang memiliki samudera ketangguhan
Yang berjuang, tertatih-tatih
Di antara deru mesin pabrik
Yang lirih dari kejauhan
Yang berisik dari kedekatan
Inginku menitip do’a
Kepada engkau
Yang senantiasa berjuang
Untuk selalu menebar senyum
Di tengah keadilan Tuhan
Maupun di tengah fadhal dan rahmatnya!
Dengan do’a dan usaha
Engkau berjuang menggendong buah hati
Yang tak menentu nasibnya
Yang sudah tentu waktu matinya
Di tengah rezim yang rakus
Akan tanah dan kekuasaan,
Robeklah dinding takdir!
Meski itu mustahil!
Taman Para Pecinta, 2024
Do’a Sang Demonstran
Ya…Tuhan
aku ingin bermunajat kepada engkau
tanpa sifat-sifat hewani
yang datang tanpa undangan
Ya…Tuhan
Hilangkanlah…rasa keakuan
di tengah perjuangan ini
perjuangan bersama rakyat
dari berbagai penjuru negeri
Ya…Tuhan
meski engkau sudah tahu
kebobrokan wakil rakyat kami
kealpaan penguasa kami
tetapi engkau tetap diam
Ya…Tuhan
jadikanlah hamba, berorasi……
namun senantiasa diselimuti nur ilahi
ketika menulis……….
semoga bisa menembus lapisan
sanubari terdalam
Meskipun…., dinding takdir tak bisa dirobek
tolonglah kami…., karena dengan fadhal dan rahmatmu…..
penindasan demi penindasan
terangkat dari bumi
Namun…., jika keadilanmu turun
tak ada cara, selain prasangka baik kepada engkau
karena engkau adalah tempat bergantung
Bukan jutaan tirakat…
dan puluhan miliar sedekah
yang diandalkan
Melainkan….,
Hanya engkau
Zat Maha Raja Diraja
Sang Penguasa…..
Yang sesungguhnya
Dan sebenar-benarnya.
Caringin, Shafar 1446 H
Munajat Bulan September
Hal ihwal kisah-kisah manusia yang terpinggirkan
Oleh kekuasaan dengan bantuan moncong senjata
Moncong senjata yang siap menembak siapa saja dan kapan saja
Bagi manusia-manusia yang ingin menghalangi tingkah laku penguasa.
Pemerintahan yang sedang terhijab
Tidak mampu membuktikan kebenaran
Dengan angka-angka maupun kalimat-kalimat yang bisa dipertanggungjawabkan
Berani melawan?
Akan diincar, disikat, dan
Dor!
Peluru menembus kertas sejarah yang diajarkan di bangku sekolah
Seolah-olah, apa yang tersaji di dalam kertas
Bisa dikonsumsi
Hingga dibawa mati
Karena, ini bukan tentang Nabi Ibrahim
Yang mencari Tuhan dengan elemen-elemen cakrawala
Bukan juga tentang Kanjeng Nabi Muhammad
Yang juga pernah bermuka masam
Kemudian langsung ditegur Tuhan
Melainkan…., ini tentang kekuasaan yang jauh dari kata “maksum”
Yang tak segan menghabisi, nyawa manusia
Yang berbeda pendapat, akan dihabisi dengan berbagai cara
Ada yang dihabisi ketika masih berada di cakrawala
Ada yang dihabisi di tengah ruang gelap gulita
Dan ada yang dihabisi, dengan bara ambisi
Hingga meninggalkan nama dan dunia, dengan amat sangat keji
Namun……,
Mereka abadi
Akan terus terkenang
Dalam nyanyian jalanan, lagu, dan pejuang kemanusiaan yang sesungguhnya
Tak ada kado terindah
Selain Al-Fatihah..,
Awal September, 2024