Tanah Impian Tanah Kesadaran
I
“Siapakah yang mengajarkanmu hendak meracuni burung-burung pipit, menyingkirkan seisi sawah, menimbun akar rumput dan menghentikan masa-masa cocok tanam; bekal padi kami kelak merunduk?”
II
Kami datang ke dasar mimpi, menagihmu;
Janji kehidupan lumut di desa
Yang lama mengering di kedalaman sumur
Curam harapan, sebab pemangsa di rimba kota
Lebih kuasa menelan arus kehidupan
Seperti air di tangan sulapan
O betapa suram sungai kami
Dihisap dahaga pipa-pipa baja!
Dua musim terus berputar
Mengitari keringat panjang
Suka-duka berjalan pasti
Melingkar di kerongkongan kami
Di dalamnya terbayang jalan setapak
Menuju muara tangis
Di mana terlihat tawa riang anak-anak
Berlarian di pinggiran sisa sawah
Dan gumpalan janin yang terbelah
Jadi tangan-tangan dan kaki-kaki
Harapan penjaga tanah kami
Ia meninju, menendang perut ibunya
Perempuan-perempuan perkasa
Perawat telur peradaban
Dan esok ia panjat punggung ayahnya
Belajar menanam tonggak hidup dan penghidupan.
III
“Merdeka!” Katamu sambil mengibarkan bendera
“Kapan saatnya?” tanya kami
Waktu mengajarkan kami
Lebih lebar membuka mata, bertanya-tanya
Menakar lipatan-lipatan saku celanamu
Merobohkan Monumen Sampah
Yang menutup lubang
Pantat-pantat industrimu
IV
Di tengah pulau kami tatap awan penuh rajutan
Ditemani angin lembut dari Selatan
Lalu ia berbagi cerita:
“Merah-Putih buah tangan purba
Berkibar lirih di tiang bambu
Belahan Timur, bumi yang kelam”
Kami berjaga di antara kain warna-warni
Di bawah langit yang kehitam-hitaman
Bercampur kuning tua daun beringin,
Cokelat loreng-loreng sampai abu-abu
Seperti isyarat suatu intaian perenggut pandangan
Ialah bayang-bayang yang datang dari langit Barat
Juga langitnya sendiri yang tak dimengerti
V
Di sini, ‘Macan-Macan Kertas’ lahir dan dibesarkan
Seperti tanaman bunga-bunga plastik
Dan jajanan batu-bata yang terus bertambah
Mengocok nasib yang lemah
Di sini, ada kehidupan ‘Rayap-Rayap Aspal’
Demi memenuhi standar kehidupan
Lalu di muka bahu jalan
Terdengar teriakan melengking panjang
Seperti kecamuk pertengkaran
Berlarian di arah Kiri dan Kanan
VI
Dari manakah datangnya buah lamunanmu;
mengambil batu dari bukit
Kemudian kau pecahkan jadi kota
Di mana kau curi pisang-pisang
Dan kau cekik petaninya
Atas nama negara
Siapakah yang akan berlakon seperti angin
Pembawa badai yang tak balik mundur
Menerjang istana raja-raja loba
Siapakah?
VII
Tanah impian
Tanah kesadaran
Tanah kepulangan
Rejowinangun, 2016
.
*Lahir di Pamekasan, Madura, 07 Mei 1989. Minat belajar sastra, puisi dan karya fiksi. Kini tengah menjalani rutinitas sebagai penjual es tebu di Jalan Gedongkuning, Pilahan, Kotagede, Yogyakarta
apa pesan yang terkandung dalam puisi tersebut?