Category: Puisi

Untukmu Di antara keluh dan yang terenggut, aku ingin mencipta percakapan bersamamu. Barangkali bisa membuatku sejenak melepas lelah dari kejaran mesin pabrik, tuntutan sana-sini dan kebisingan upah. Aku ingin duduk bersamamu. Barangkali suara dan kelembutanmu mampu memperbaiki angan tentang hidup yang kian mahal dan terampas. Aku ingin berbicara denganmu sampai kita saling memahami. Barangkali bisa membuat kita berdua bersama-sama mencipta

Adus Sréngéngé – karya Sinta Ridwan* Isuk ning Kali Bondét waktu semana, prau-prau kesawang mata. Nyawangi. Mayang ranjing laut Jawa. Ngarungi lautan. Mamang nlayan ngajak miyang sedulur-dulur. Ngrasakaken silirané wong miyang iwak nggo keuripan. Jalan pakan manusa. Sarwa iwak iku dudu duwéné, uga dudu duwéné pemeréntah. Sarwa iwak sumalipir sakiyengé. Iwak-iwak ngelani. Sakabeh kang ning dunya duwéné kang duwé urip.

Kumpulan Kambing – karya Gus Mus kumpulan kambing mengembik bersama memaksa kumpulan serigala menyingkir (sementara) kumpulan serigala berembuk bersama bagaimana memaksa kumpulan kambing terus mengikuti mereka (selamanya) kumpulan kambing merdeka makin terbuka matanya makin terbuka telinganya makin terbuka seleranya seperti kumpulan serigala kumpulan kambing merdeka makin rakus makannya makin banyak keinginannya makin menggila pestanya seperti kumpulan serigala kumpulan kambing merdeka

sepotong pagi dipenuhi bercak darah, mengetuk hati yang terluka merayu pilu dengan sedikit erang kesakitan, menyayat serai airmata kemudian lantai basah, dinding kamar gundah, jalan-jalan terbelah dari ufuk jiwaku barikade, sobekan kertas pemilu, plastik sampah berserakan—juga selebaran gelap, foto mantan presiden, poster iklan bendera-bendera partai, teks pidato pejabat negara, teriakan demonstran bercampur aroma bangkai menyengat dari abu pertokoan—terus menyala