Ahmad Syubbanudin Alwy, Penyair Cirebon
-Victor C Mambore
Seperti memasuki negeri lain, waktu menyusun dentum maut
nujum yang luput dari ritus pertempuran. Tetapi kau beringsut
merengkuh gugusan kabut yang bersarang di denyut jantungmu
teluk—juga selat—dan kubangan tanah leluhur lebam memburu
kata-kata menjadi sayatan garis putih dan menggoreskan pahatan
di pipi lelaki bermahkota bulu kasuari yang terseret ke pengasingan
ke tengah kota yang gundah dibalut kemiskinan serta fatamorgana
melayang bersama daun-daun bintanggur dan batang merbau tua
Di tikungan jalan remang, dengan sepotong lilin hampir padam
kau masih mengunyah sirih, kapur serta pinang sebagai dendam
seperti luka dan airmata yang meliuk sepanjang daratan Timika
kita berlayar menyeberangi tepian sungai Aikjwa yang terlunta
raksasa itu, masih menebang dan menyalakan ladang-ladang sagu
menanam anak panah, tombak, koteka, tifa—dengan perasaan ragu
mengusir Komoro dan Amungme ke lembah-lembah yang berdarah
kembali tersingkir di barak-barak kumuh bercampur remah limbah
Kita bergegas menyusuri jalan setapak, menerobos belukar
Grasberg dan Ersberg berasap dalam lambungmu yang terbakar
kapal-kapal asing itu, masih mengeruk lapis tembaga, biji-biji emas
dan bongkahan timah yang telah mengubur usiamu dalam cemas
bukit-bukit menyemburkan desing amarah—lalu meledak di udara
pepohonan yang ditumbangkan, mendesis ke rongga-rongga belantara
para pemburu membangun mercusuar yang meruapkan aroma bacin
membelah pulau, ruas danau, juga hulu sungai menjadi serat labirin
Di Skyland, Theys masih bernyanyi dengan leher tercekik selendang
yang dililitkan penuh cinta kasih sepasukan hantu dan pecundang
lalu mengguyur kamp-kamp perkampungan dengan bergalon arak
menulis sepenggal geografi sunyi perjalananmu yang kehilangan jejak
dan melukiskan jerit pedih nenek moyang dengan tuah taring anjing
tetapi, katamu—dulu, tujuh tahun lalu—menjelang fajar menyingsing
seorang drunken master duduk di atas kursi roda, terharu dan berdoa
menyaksikan martir serta padri, berdiri mengibarkan bintang kejora…
Jayapura, 2005-2008.